Hakikat Fiksi


Fiksi : Pengertian dan hakikat
Ø  Karya Imajiner dan Estetis
Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif. Fiksi berarti cerita rekaan atau cerita khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Fiksi menurut alterberg dan lewis (1966: 14), merupakan prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.
Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini novel dan cerpen bahkankemudian fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel (Abrams, 1981 : 61). Novel sebagai sebuah karya fiksi, menawarkan sebuah dunia-dunia yang berisi model yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Dalam dunia kesastraan terdapat suatu bentuk karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Karya sastra yang demikian, oleh Abrams (1981 : 61) disebut sebagai fiksi historis, jika yang menjadi dasar penulisan fakta biografis, dan fiksi biografis, jikayang menjadi dasar penulisan fakta biografis, dan fiksi sains, jika yang menjadi dasar penulisan fakta keilmuan. Ketiga jenis karya fiksi tersebut dikenal dengan sebutan fiksi non fiksi.
Ø  Kebenaran fiksi
Kebenaran dalam fiksi adalah kebenaran yang sesuai dengan pengarang, kebenaran yang telah diyakini “keabsahannya” sesuai dengan pandangannya terhadap masalah hidup dan kehidupan. Dunia fiksi jauh lebih banyak mengandung berbagai kemungkinan daripada yang ada di dunia nyata. Sastra dapat mengemukakan hal-hal yang mungkin terjadi, hal-hal yang bersifat hakiki dan universal (Luxemburg, dkk, 1984 : 17, Teeuw, 1984 : 243). Sastra mengemukakan berbagai peristiwa yang masuk akal dan harus terjadi berdasarkan tuntutan konsistensi dan logika cerita (Teeuw, 1984 : 121). Wellek dan Warren (1989 : 278:9) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang meyakinkan yang ditampilkan, namun tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari.
Aristoteles mengemukakan bahwa karya sastra merupakan paduan antara unsur  memetik dan kreasi, peniruan dan kreativitas, khayalan dan realitas. Teori mimetik menganggap bahwa fiksi hanya merupakan peniruan atau pencerminan terhadap realitas kehidupan. Fiksi,juga karya sastra pada umumnya,menurut pandangan strukturalisme, pada hakikatnya merupakan karya cipta yang baru, yang menampilkan dunia dalam bangun kata dan bersifat otonom. Artinya, ia hanya tinduk pada hukumnya sendiri dan tidak mengacu, atau sengaja diacukan, pada hal-hal yang di luar struktur karya fiksi itu sendiri.

B.     Pembedaan Fiks
a.       Novel dan Cerpen
Novel dan cerpen merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Perbedaan antara novel dan cerpen dapat dilihat dari segi formalitas bentuk segi panjang cerita. Sedangkan persamaannya, keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembagun yang sama, keduanya dibangun dari dua unsur intrinsik dan ektrinsik. Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak. Jadi, secara implisit dari sekedar apa yang diceritakan, sedangkan kelebihan Novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, mengekpresikan sebuah dunia yang “jadi”.
Unsur pembangunan sebuah novel secara umum dapat dikatakan bersifat lebih rinci dan kontemporer dari pada unsur-unsur cerpen.

-          Plot
Plot cerpen pada umumnya tunggal, sedangkan novel memilikilebih dari satu plot utama yang berisi konflik-konflik utama dan su-sub plot yang berisi kkonflik-konflik tambahan yang bersifat menopang, mempertegas, dan mengintensifkan konflik utama untuk sampai ke klimaks.
-          Tema
Cerpen hanya berisi satu tema, sebaliknya novel dapat menawarkan lebih dari satu tema.
-          Penokohan
Tokoh-tokoh cerita cerpen terbatas, sedangkan tokoh-tokoh cerita novel biasanya ditampilkan secara lebih lengkap.
-          Latar
Cerpen tidak memerlukan detail-detail khusus tentang keadaan latar dan hanya memerlukan detil-detil khusus tentang keadaan latar dan hanya memerlukan pelukisan secara garis besar saja atau bahkan hanya secara implisit, asal telah mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan. Novel sebaliknya, dapat melukiskan keadaan latar secara rinci sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, konkret, dan pasti.
-          Keterpaduan (unity)
Baik novel maupun cerpen, keduanya dapat dikatakan menawarkan sebuahdunia yang padu. Namun, dunia imajiner yang ditampilkan cerpen hanya menyangkut salah satu sisi kecil pengalaman kehidupan saja, sedang yang ditawarkan novel merupakan dunia dalam skala yang lebih besar dan kompleks, mencakup berbagai pengalaman kehidupan yang dipandang aktual, namun semuanya tetap saling berjalinan.
Roman dan novel
Roman berarti cerita prosa yang melukiskan pengalaman-pengalaman batin dari beberapa orang yang berhubungan satu dengan yang lain dalam suatu keadaan (Van Leuwen, lewat Jassin, 1961 : 70), sedangkan novel merupakan suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode (Jassin, 1961 : 72).
b.      Novel serius dan novelpopuler
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya pada tingkat permukaan. Novel populer pada umumnya bersifat artifisial, hanyabersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi.
Novel serius harus sanggup memberikan yang serba berkemungkinan. Dalam membaca novel serius diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan utuk itu. Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula.

C.     Unsur-unsur fiksi
a.       Intrinsik dan Ektrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, meliputi : peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, dan lain-lain. Unsur ektrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
b.      Fakta, tema dan sarana cerita
Fakta dalam sebuah cerita meliputi karakter, plot dan setting (Struktur faktual/derajad faktual). Tema adalah suatu yang menjadi dasar cerita, ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan. Sarana pengucapan sastra, sarana kesastraan adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan menyusun detil cerita menjadi pola yang bermakna.
c.       Cerita dan wacana
Cerita merupakan isi dari ekpresi naratif, sedang wacana merupakan bentuk dari suatu yang diekspresikan (Chatman, 1980 : 23).
Bentuk teks normatif :
1.      Cerita
-          Bentuk                        : - Peristiwa (aksi, kejadian)
  - Eksistensinya (Tokoh, latar)
-          Substansi         : Keseluruhan semesta (nyata dan imajinatif)
2.      Wacana
-          Bentuk                        :  Struktur transmisi naratif (susunan, frekuensi,
perspektif, dan lain-lain)
-          Substansi         : Wujud ekspresi (verbal, sinematis, pantonim,
gambar, dan lain-lain)

BAB III
KAJIAN FIKSI

A.    Hakikat Kegiatan Fiksi
Pengkajian terhadap karya fiksi berarti penelaahan, penyelidikan, atau mengkaji, menelaah, menyelidiki karya fiksi tersebut. Padaumumnnya, kegiatan pengkajian ini diseertai oleh kerja analisis yaitu mengurai karya itu atas unsur-unsur pembentukan tersebut, yaitu yang berupa unsur-unsur intrinsiknya. Tujuan utama kerja analisis kesastraan, fiksi, puisi ataupun yang lain adalah  untuk dapat memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan, disamping untuk membantu enjelaskan pembaca yang kurang dapat memahami karya itu.
Ø  Heuristik dan Hermeneutik
Heuristik dan hermeneutik disebut sebagai pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik yang biasanya dikaitkan dengan pendekatan semiotik. Hubungan keduanya  dapat dipandang sebagai  hubungan yang bersifat gradasi. Kerjahermeneutik yang oleh Reffaterre disebut sebagai pembacaan retroaktif, memmerlukanpembacaan berkali-kali dan kritis.
Kerja heuristik merupakan pembacaan karya sastra pada sistem semiotik tingkat pertama. Kerja heuristik menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat, actual meaning, namun makna yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pengarang justru diungkapkan hanya secara tersirat (makna internasional, internationalmeaning). Dalam kajian kesastraan, secara umum dikenal adanya analisis struktural dan semiotik. Analisis struktural menekankan pada adanya fungsi dan hubungan antar unsur (intrinsik) dalam sebuah karya, sedangkan analisis semiotik menekankan pada pemaknaan karya itu yang dipandangnya sebagai sebuah sistem tanda.
B.     Kajian Struktural
Pendidikan struktural dipelopori oleh kaum formalis rusia dan strukturalime

Komentar

  1. minta di jelasin donk
    apa sih yang dimaksud dengan hakikat sastra "reality of faction"?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Novel Robohnya Surau Kami Karya A. A. Navis

Teori Formalisem Rusia